Monday, April 15, 2019

Hawa: Wanita yang Disalahkan


by Mekar Andaryani Pradipta

“Gara-gara Hawa, seluruh umat manusia jadi menderita.”

“Satu wanita membuat semua orang hidup dalam hukuman.”

“Andai Tuhan tidak menciptakan Hawa, bisa saja dunia ini berbeda”

Apakah kamu pernah mendengar kalimat-kalimat seperti itu tentang Hawa? Mungkin tidak persis, tapi bisa saja senada. Intinya, Hawa adalah pembuat masalah. Hawa membuka pintu terhadap dosa. Hawa adalah biang kerok dari kejatuhan umat manusia.

Bahkan sampai ribuan tahun setelahnya, kebanyakan orang masih mengingat dosa Hawa dan menyalahkan Hawa atas segala kemalangan di dunia.

Pertanyaannya, apakah Tuhan menyalahkan Hawa?


***


Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
(Roma 5:12)

Ya, ayat ini memang menjelaskan bahwa dosa masuk ke dunia karena satu orang. Tapi kalau kita membaca perikop lengkapnya, orang yang dimaksud dalam Firman ini bukanlah Hawa—melainkan Adam. 

Seluruh dunia bisa saja menyalahkan Hawa, tapi Tuhan tidak. Hawa memang berdosa, tapi Tuhan tidak memberikan label “penyebab dosa” pada Hawa.

Wow.

Kalau kita melihat lagi kejadian sesaat setelah kejatuhan manusia di Taman Eden, orang pertama yang diminta Tuhan menjelaskan apa yang terjadi memang bukan Hawa:

Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau? Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
(Kejadian 3:8-10)

Terjemahan Indonesia memang memakai kata “manusia” yang bisa merujuk pada Adam maupun Hawa. Tapi terjemahan Bahasa Inggris menggunakan kata “man” atau “laki-laki” yang jelas-jelas mengacu kepada Adam.

Kenapa Allah meminta penjelasan atau pertanggungjawaban dari Adam? Alasan terkuatnya adalah karena Allah telah menyatakan Adam dan Hawa sebagai satu daging (Kejadian 2:24), dengan Adam sebagai kepalanya.

Lalu, apa yang Adam katakan?

“Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
(Kejadian 3:12)

Apakah itu benar? Hmm, benar sih… tapi kurang tepat. Mari kita kembali tepat ketika dosa pertama terjadi.

Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah tahu tentang yang baik dan yang jahat. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
(Kejadian 3:1-6)

Alkitab menuliskan Adam ada bersama Hawa ketika Hawa digoda oleh si ular, tapi Adam tidak melakukan apa-apa—sepatah kata pun tidak diucapkannya. Adam justru membiarkan istrinya memberikan respon yang salah. Ya, Adam tahu bahwa istrinya dicobai oleh ular, namun jawabannya kepada Tuhan di Kejadian 3:12 hanya menyebutkan bahwa dia jatuh dalam dosa karena istrinya. Jangankan membela dan melindungi istrinya, Adam bahkan sama sekali tidak menyebutkan fakta bahwa semua yang terjadi itu disebabkankan karena pencobaan dari si jahat. Adam adalah orang pertama yang menyalahkan Hawa, istrinya sendiri.

Bagaimana rasanya menjadi Hawa?

Hawa memang melakukan kesalahan. Mungkin saat itu dia merasa bingung, sedih, dan takut. Sangat normal jika Hawa mengharapkan Adam, yang adalah bagian yang utuh dari dirinya, menghadapi tragedi itu bersama-sama. Tapi, suaminya itu justru meletakkan semua kesalahan di pundaknya. Bukannya mengakui kesalahannya, Adam lepas tangan dari tanggung jawabnya sebagai kepala yang gagal melindungi Hawa—yang (katanya) adalah tulang rusuknya.


***


Dari kehidupan Hawa ini, Alkitab justru menegaskan tentang pribadi Allah: 
1) Dia adalah Allah yang setia dan adil 
Pada saat manusia melakukan dosa, Allah tidak fokus pada hukuman; tapi Dia lebih peduli pada hubungan. Ia adalah Tuhan yang punya hati untuk memahami keadaan dan posisi kita. Bagaimanapun Ia adalah seorang Bapa yang baik, yang mau mendengarkan dan mengerti. Allah bukan Tuhan yang menyalahkan kita lalu asal memberikan hukuman; melainkan Dia memberikannya dengan adil. Baik Adam dan Hawa sama-sama melakukan dosa, namun Adam dituntut pertanggungjawaban karena sebagai suami ia adalah kepala. Adam juga dimintai pertanggungjawaban, karena sejak awal ia ada bersama dengan Hawa—sesungguhnya dia bisa mencegah Hawa meladeni Iblis sampai melanggar perintah Allah.

Mungkin saat ini, ada di antara kita yang sedang menghadapi masalah karena kesalahan yang kita lakukan. Mungkin kita jadi satu-satunya pihak yang dituntut pertanggungjawaban, padahal sebenarnya kita bukanlah satu-satunya penyebab masalah itu terjadi. Listen, God knows what happened. Dunia bisa saja mengacungkan jari ke muka kita, semua orang pergi dan membiarkan kita berjuang sendiri, tapi Tuhan tidak. He knows, He cares, He understands.

Tidak hanya adil, Allah juga setia. Jika kita lanjut membaca Kejadian 3, bahkan setelah menghukum Adam dan Hawa lalu mengusir mereka dari Taman Eden, pemeliharaan-Nya tidak berakhir.

Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
(Kejadian 3:21)

Rasanya bagian ini sangat mengharukan. Tuhan bukan bapa yang mengatakan, “Kalian pendosa, kalian bukan anak-anak-Ku lagi!” Dengan membuatkan pakaian dan memakaikannya langsung, Allah seperti mengatakan, “Kalian memang berdosa, tapi kalian tetap anak-anak-Ku dan Aku tetap mengasihi kalian. Sekarang kalian harus menerima konsekuensi dosa, berjuanglah dan jangan melakukan dosa lagi. Aku masih menyertai kalian.” Dari situ, kita bisa belajar bahwa Tuhan yang adil jugalah Bapa yang tetap mengasihi kita.

Ia adalah Tuhan yang setia, apapun dosa dan kesalahan yang kita lakukan.

2) Alih-alih menyalahkan, Allah memberikan jalan keluar
Ketika manusia jatuh dalam dosa, rencana Tuhan seolah-olah hancur, Iblis merasa menang karena maut telah menguasai seluruh dunia. Tapi Tuhan punya jalan keluar. 

Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.
(Roma 5:12-15)

Saat kita melakukan kesalahan, kadang-kadang kita menganggap hidup kita berakhir dan masa depan kita hancur. Tapi Tuhan sanggup membalikkan keadaan. Dalam kasus Adam dan Hawa, Yesus Kristus adalah jalan keluar. Kabar gembiranya, Yesus menjadi jalan keluar yang juga Allah sediakan untuk setiap pergumulan dan dosa kita saat ini. Ia adalah kunci menuju kasih karunia dan anugerah Allah yang membenarkan hidup kita.


***


Sebagai bahan refleksi, bagaimana perasaanmu jika menjadi Hawa, yang suaminya menyalahkan dia, dan tidak mau menanggung beban bersama, bahkan ketika Tuhan sudah menyatakan bahwa mereka adalah satu daging? 

Alkitab tidak mencatat Hawa balas menyalahkan suaminya. Alkitab tidak mencatat Hawa sebagai wanita yang kecewa pada suaminya lalu meninggalkan dia. Alkitab mencatat Hawa yang tetap bersama Adam dan menjalankan perannya sebagai penolong bagi Adam.

Kesalahan Hawa tidak menghentikannya untuk memberikan tanggapan yang benar di kemudian hari. Hawa berusaha memahami apa artinya menjadi satu daging, meskipun suaminya pernah mengecewakannya. Bersama Adam, ia berjuang dari tragedi yang menimpa keluarga kecilnya. Pada akhirnya, Hawa tahu bahwa hidupnya dipulihkan semata-mata karena pertolongan Tuhan—sehingga ketika anak pertamanya lahir, Hawa bisa berkata, “"Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." (Kejadian 4:1)

Dengan pengampunan dan karunia Tuhan, kesalahan Hawa justru membuatnya sungguh-sungguh mengalami dan mengenal-Nya.


***


Dosa apa yang saat ini sedang menjadi bebanmu? Apakah kamu merasa sudah tidak ada harapan untukmu? Apakah kamu merasa tidak ada seorangpun yang membelamu?

Mungkin…

kamu hamil di luar nikah. Kamu melakukannya dengan pacarmu, tapi orang-orang menyalahkanmu. Mereka tidak tahu pacarmu yang merayumu. Mereka tidak tahu kamu melakukan itu karena kamu mencari kasih. Mereka tidak tahu keluargamu tidak memberikan kasih yang kamu butuhkan, sehingga kamu mencarinya di tempat lain. Orang-orang tidak tahu, tapi mereka menyalahkanmu.

… atau mungkin,

kamu pernah mencoba bunuh diri. Orang-orang menghakimimu. Mereka mengatakan kamu berdosa karena menyia-nyiakan hidup dari Tuhan. Mereka mengatakan kamu nyaris masuk neraka. Mereka tidak tahu kamu melakukannya karena tekanan keluarga dan pergaulan. Mereka tidak tahu kamu sudah bertahun-tahun ada di bawah pengawasan ahli jiwa. Kamu sudah berjuang tapi kamu tetap saja disalahkan.

Bisa jadi saat ini,

kamu merasa dosamu di masa lalu terlalu besar, sehingga bahkan ketika bertahun-tahun sudah berlalu, orang-orang di sekelilingmu belum melupakannya. Kamu berjalan dengan kepala menunduk karena penghakiman. Kamu sudah mempertanggungjawabkan dosamu, tapi label “pendosa” masih saja ditempelkan kepadamu.

Bagaimanapun keadaanmu, kamu punya kabar baik.

Seperti Tuhan yang tidak menyalahkan Hawa, Dia juga tidak menyalahkanmu. Tentu ada konsekuensi yang diberikan-Nya atas dosamu, tapi Dia juga akan membalut lukamu dan memulihkan hidupmu. Saat tidak ada seorangpun yang membelamu, bahkan orang-orang terdekatmu, Yesus yang menjadi Pembelamu.

Seperti Allah yang tidak meninggalkan Hawa bahkan setelah ia berdosa, Allah juga tidak meninggalkanmu. Dia memberikan janji masa depan yang penuh harapan. Maukah kamu menjadi seperti Hawa yang bangkit kembali dengan pertolongan Tuhan?

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^