Guys, lagi-lagi pergumulan tentang mata saya. :p Setelah di “Love Regardless” saya menulis tentang kondisi mata saya yang tidak memungkinkan untuk di-LASIK, bahkan saya jadi sadar betapa ‘buruknya’ kondisi mata saya, pergumulan itu tidak berhenti di situ. Ada 1 alternatif pengobatan lain selain LASIK, yaitu Implant Lens alias menanam lensa di dalam mata. Setelah bergumul, akhirnya saya pergi ke salah satu dokter mata paling terkenal dan paling top di Jakarta. Hasil pemeriksaan?
“Pake
lasik teknologi baru aja blablablabla. Lebih save
blablabla”, yang membuat saya bukannya malah pengen tapi malah
jadi serem!! Habis begitu saya tanya soal efek samping yang mungkin
muncul, jawabannya adalah, “Tidak ada efek samping. Ini mesin
paling baru.”
Gubraks!
Jujur guys, saya justru tidak percaya dengan dokter yang
mengatakan suatu tindakan operasi TIDAK PUNYA efek samping.
Secara medis, setiap tindakan operasi, pasti punya resiko. Tinggal
resikonya besar atau kecil. Saya rasa sebagai pasien, calon obyek
tindakan operasi semestinya saya tau efek samping apa yang
mungkin muncul. Sehingga saya bisa mempersiapkan diri saya
untuk semua kemungkinan. Termasuk yang terburuk.
Di
perjalanan pulang, saya terdiam di Taxi. Saya bertanya
kepada Tuhan, apa yang harus saya lakukan? Tindakan apa yang harus
saya ambil?
Sekilas
saya mengenang semua pergumulan saya tentang mata saya
selama ini. Pakai kacamata kelas 1 SD, minus naek 2 kali lipat
ketika saya SD kelas 6. En seterusnya memakai kacamata setebal tutup
botol. Bergumul untuk pake soft lens. Menyangkal bahwa saya
punya kelemahan. Kacamata setebal tutup botol membuat saya
jadi susah dapet pacar. Hehehe. Banyak co mengkeret en mundur teratur ketika ketemu saya for the 1st
time. :p Saya ingat doa-doa yang pernah saya naikkan.
Permohonan supaya Tuhan menyembuhkan mata saya. Tapi
sepertinya tidak ada jawaban.
Pergumulan
itu tidak berhenti, mata saya membawa saya masuk ke dalam
banyak pergumulan. Pergumulan untuk menerima diri sendiri,
pergumulan mengalami penolakan dari lingkungan (saya ingat saya
berdoa setengah mati ketika harus berangkat mengajar tanpa
softlens!!) pergumulan mengenai pasangan hidup. Sering tanpa sadar
saya berpikir, Tuhan sekiranya mata saya normal, tentu saya
tidak perlu mengalami begitu banyak pergumulan seperti ini …
But
hari ini, ketika saya terdiam mengingat semuanya, muncul 1
kalimat yang menjadi judul tulisan ini. “Mataku Mahkotaku.” Kondisi
mata saya memang membuat saya jadi harus bergumul, tapi
sebenernya semua pergumulan itu membuat saya makin mengenal
Tuhan. Semua air mata yang saya keluarkan tidak hanya mencuci bersih
mata saya, tapi juga mencuci bersih hati saya.
Bisa
dibilang, mata sayalah mahkota saya. Justru karena kondisi
mata saya yang seperti ini, saya mengalami kasih karunia
yang tidak dialami oleh orang-orang dengan perfect vision.
Pergumulan saya membawa saya masuk ke dalam kasih karunia Tuhan.
Cukup sering, ketika di pagi hari saya, membuka mata en saya
berkata, “Thx God, saya masih bisa melihat …”
Saya
bergumul sampe saya tiba di 1 titik, yang terpenting di
dalam hidup ini sama sekali bukan penampilan. Saya tidak diciptakan
untuk cantik, bahagia, sukses, dikagumi banyak orang, punya
sederetan co-co yang antri. Saya ditebus bukan untuk jadi
primadona. Saya hidup untuk menjadi serupa dengan Kristus.
En kalau mata saya adalah alat yang menurut Tuhan efektif
untuk membongkar semua keinginan-keinginan duniawi untuk
menjadi menarik dan dikagumi, let it be. Kalau mata saya
dengan minus setinggi ini menurut Tuhan membawa saya
mengenal siapa diri saya dan betapa berharganya saya
sekalipun dengan mata seperti ini, let it be. Kalau mata buram tanpa
kacamata menurut Tuhan justru membuat saya bisa melihat Dia
dengan lebih jelas, let it be.
Guys,
kalo kalian bergumul dengan cacat secara fisik, apapun itu,
ingat baik-baik. Tubuh duniawi kita hanya sementara. Tuhan
mengizinkan hal itu terjadi untuk membentuk karakter-karakter ilahi
yang tetap untuk selama-lamanya. Cacat kita mungkin
mengakibatkan kita tidak dipandang secara dunia, tapi
karakter yang Tuhan tanam lewat pergumulan karena cacat itu,
mampu membuat malaikat menahan nafas.
Jangan
sesali kekuranganmu. Rangkul itu, jadikan itu kebanggaanmu.
Mengucap syukurlah untuk kondisimu. Tuhan memberikan kita
cacat, bukan karena Dia jahat. Justru karena kita special, kita
istimewa, Dia memberikan cacat itu. Coz Dia ingin kita mengalami Dia
dengan cara yang luar biasa unik, yang tidak mungkin bisa
dialami oleh orang-orang yang tidak punya cacat itu.
Btw
sekarang sih saya sangat bersyukur dulu co-co itu mundur
teratur. Hehehe. Saya bersyukur kacamata saya menjadi satpam yang
sangat baik en mengusir banyak co-co tidak tepat yang sekiranya
saya tanggapin justru membuang-buang waktu saya. :p Iya toh
guys, saya menghemat banyak waktu dan tenaga coz mereka
langsung mundur di pertemuan pertama. Bayangkan kalo saya baru tau he’s not the one di pertemuan ke 25, cape deehh … :p
Guys,
coba list daftar-daftar karakter yang Tuhan kembangkan di
dalam diri kita lewat cacat yang kita punya. Kita bisa terkejut
menyadari begitu banyak en luar biasanya yang sebenernya Tuhan mau
berikan kepada kita!
Dear
God … waaaaahhh kyakyakyaaaa love You SOOOOO MUUUCCCHHH …
gile deh Tuhan, ketika aku menghitung semua yang aku
dapatkan karena mataku, karakter-karakter yang berkembang,
aku bener-bener terkesima. Ketika aku melihat justru mataku
alat yang Kau pake dengan begitu efektif untuk membersihkan
hatiku, maupun menyingkirkanku dari hal-hal yang tidak baik,
aku terkagum-kagum. Kau itu luar biasa.
Masih
ada pergumulan-pergumulan menanti di depan sana
Tuhan … tapi aku percaya Kau ada di sana. Thx sudah memberikanku
banyak mukjizat. Aku tau menyembuhkan mataku itu pekerjaan
gampang buat-Mu. Tapi aku lebih pengen karakterku terbentuk
daripada mataku sembuh. Jangan sembuhkan mataku sampai aku
belajar semua yang Kau ingin aku pelajari lewat proses ini.
Thx God. Love You soooo much.
Jkt, 25 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^