by Glory Ekasari
Siapa yang tau di mana Tuhan perintahkan Abraham buat mempersembahkan Ishak (Kejadian 22)? Hayoo?
Ah, sok bible quiz banget sih ya. Hahahah.. Jawabannya adalah sebuah tempat yang cukup random bernama tanah Moria.
Di manakah itu? Ada yang bilang lokasinya di tanahnya orang Amori
(makanya namanya Mori-a). Yang jelas daerah itu adalah daerah
pegunungan. Tempat itu jadi landmark memang karena Abraham disuruh
mempersembahkan Ishak di situ. Aku akan kutip bacaan Alkitab dari
Kejadian 22:1-14 biar pembaca dapet gambaran yang jelas tentang apa yang
terjadi di gunung Moria pada zaman Abraham.
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.” Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.” Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.”
Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.”
Ceritanya pendek, tapi menggetarkan hati. Ishak adalah anak
perjanjian; anak yang ditunggu Abraham selama 25 tahun dengan modal
semata-mata percaya pada janji Tuhan. Dan setelah anak itu lahir dan
tumbuh besar, mungkin dia sudah remaja, eeehh, Tuhan malah minta Abraham
mempersembahkan dia sebagai korban bakaran! Korban bakaran itu seperti
apa?
Binatang yang dipersiapkan untuk korban bakaran bagi Tuhan harus
binatang yang terbaik, yang tidak bercacat cela. Orang yang akan
mempersembahkan korban akan mempersiapkan altar tempat korban itu
disembelih dan dibakar sampai habis, lalu ia letakkan binatangnya (masih
hidup) di atas altar, menyembelihnya saat itu juga supaya darahnya
mengalir, lalu membakar korban itu. Jaman sekarang, para tukang jagal
mungkin ga berasa apa-apa waktu menyembelih sapi, kambing, atau ayam.
Tapi pada masa Alkitab, orang mempersembahkan korban kepada Tuhan dengan
benar-benar berharap Tuhan akan berkenan pada persembahan mereka itu.
Mereka mempersembahkan korban sambil berdoa dan memohon pengampunan atau
perkenanan Tuhan.
Tapi bagaimana bila anak yang harus dikorbankan? Dan bapaknya sendiri
yang harus menyembelih anak itu dan membakarnya sampai habis??
Untungnya, Tuhan bukan Tuhan yang haus darah dan suka penderitaan
manusia. Terbukti, Dia emang ga beneran minta Abraham membunuh dan
membakar anaknya sendiri; Dia hanya menguji seberapa jauh Abraham
mengasihi dan menaatinya. Abraham lulus ujian, dan happy ending deh buat sang bapak maupun sang anak (yang mungkin uda deg-degan karena mau dibunuh! Haha).
Sekarang kita maju ke zaman monarki di Israel, ketika Salomo jadi
raja menggantikan Daud. Mungkin ada pembaca yang belum tahu bahwa ada
satu referensi lagi tentang tanah (gunung) Moria di Alkitab, yaitu dalam
II Tawarikh 3:1.
“Salomo mulai mendirikan rumah TUHAN di Yerusalem di gunung Moria, di mana TUHAN menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, di tempat yang ditetapkan Daud, yakni di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu.”
Pada zaman Salomo, gunung Moria sudah dikuasai oleh Israel dan di
situ dibangun ibukota dari kota yang bernama Yebus, yang namanya diganti
jadi Yerusalem. Jadi kota Yerusalem itu terletak di tempat dulu Abraham
hampir mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Lama setelah
Abraham, Salomo membangun Bait Allah di tempat yang kira-kira sama. Kita
maju lagi ke awal Masehi. Apa yang terjadi di tempat yang sama ternyata
sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada zaman Abraham. Kali ini…
…Seorang Bapak benar-benar menjadikan Anaknya korban penghapus dosa. Di tempat yang sama: gunung Moria. Yesus Kristus, Anak Allah, disalibkan di Yerusalem – tempat yang sama dengan tempat Abraham hampir mempersembahkan Ishak.
Tapi kali ini tidak ada suara yang menyuruh pisau penyembelih berhenti
sebelum mengenai sang korban. Pisaunya tidak berhenti; Yesus tidak
dilepaskan dari kematian yang mengerikan.
Aku selalu terharu setiap kali merenungkan hal ini. Abraham, dengan
hati yang bersyukur dan sukacita, berkata, “TUHAN menyediakan!”
Sebelumnya dia sudah bilang pada Ishak, “Allah yang akan menyediakan
anak domba untuk korban bakaran bagiNya, anakku.” Dua ribu tahun
kemudian, seorang nabi berseru di Israel, menunjuk pada seorang muda,
“Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia!” Seseorang yang
diutus Tuhan akan dikorbankan di atas gunung itu, sebagai korban
penghapus dosa seluruh umat manusia. Anak Domba Allah yang sempurna,
tidak bercacat, tidak berdosa, hidup dalam ketaatan kepada BapaNya,
dibunuh dengan keji dan darahNya tertumpah – untuk membayar hukuman atas
dosa kita. Tuhan yang menyediakan Anak Domba untuk korban bagiNya.
Apalah arti sebuah tempat? Gunung Moria adalah saksi bisu dari
kasih Allah, yang begitu besar dan begitu agung, hingga Dia (sampai
hati) mengorbankan AnakNya yang tunggal demi kita, orang-orang yang
seringkali tidak bersyukur atas kasihNya. Salib Yesus berdiri di sana, mengingatkan kita akan siapa kita dan siapa Dia: kita,
pemberontak dan musuh Allah, yang telah diampuni, karena Dia, Allah
yang Mahamulia mengutus AnakNya untuk menggantikan kita menerima
hukuman, sehingga kita bisa berdamai dengan Dia.
Ingatlah gunung Moria. Ingatlah
salib Yesus Kristus. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tentang penulis
Glory Ekasari
Alumni dari desain komunikasi visual Universitas Pelita Harapan, dan saat ini sedang
menempuh pendidikan pascasarjana di salah satu sekolah theologia di Jakarta. Ia melayani
Tuhan dalam bidang musik dan pemberitaan firman. Kerinduannya adalah supaya pembaca
diberkati lewat artikel yang ia tulis dalam majalah ini. Pelayanan lain yang ditekuninya secara
pribadi adalah blogging, dapat dibaca di http://gloryekasari.wordpress.com.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^