Monday, August 15, 2016

Bisakah Keselamatan itu Hilang?

by Tabita Davinia


*NB: aku sadar kalau menuliskan hal ini tentu akan ada risiko aku dicap sebagai orang sok suci dan berlagak seperti malaikat. But, hey! Aku pun juga bisa berbuat dosa, walaupun mungkin bukan dalam hal sama seperti di atas. Karena Tuhan pun berkata semua dosa itu sama, nggak ada yang namanya dosa besar semacam membunuh dan dosa kecil semacam nggosip.*

Post ini adalah lanjutan dari post-ku sebelumnya “BenarkahTuhan Pilih Kasih saat Menyelamatkan?”

Enam hari setelah percakapanku dengan D, tibalah hari Sabtu di mana aku, dia, dan beberapa orang lainnya memimpin kelompok kecil dalam persekutuan remaja-pemuda. Kami akan membahas tentang jalan keselamatan, di mana satu-satunya jalan itu hanya bisa diperoleh dalam Tuhan Yesus Kristus. Setelah sharing sana-sini, kami menyimpulkan bahwa ada sebuah pertanyaan yang (ternyata) paling sering dalam kelompok-kelompok itu.

“Kalo udah lahir baru, terus berbuat dosa, keselamatan itu bisa hilang nggak?”

Boleh percaya, boleh nggak, keraguan ini pun juga dialami oleh banyak orang, termasuk petobat baru. Mereka tentu takut berbuat dosa, karena bagi mereka, berbuat dosa = keselamatan hilang. That’s why this question had made us felt a little bit surprised. “Astaga, ternyata masih banyak yang belum yakin kalau udah lahir baru itu keselamatan nggak bakal ilang!”

Apakah setelah kita lahir baru dan menerima keselamatan, kita bisa terbebas dari dosa? Nggak. Kenapa? Lha, kita aja masih hidup di dunia ini, which means kita pun harus terus bergumul melawan dosa! -.- Kita nggak bisa jadi suci 100% walaupun udah menerima keselamatan. Seseorang pernah bilang, “Lahir baru adalah titik balik seseorang untuk menjadi serupa dengan Kristus”. It’s a turning point, bukannya kita bisa totally bersih dari dosa! Bahkan Yohanes menulis,
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
(1 Yohanes 1:8)

Tapi Yohanes tidak berhenti di situ. Dia pun menuliskan, kalau kita mengaku dosa kita, maka Ia (Tuhan) adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9). Itu artinya, kita sebenarnya masih bisa berbuat dosa selama kita hidup di dunia yang telah tercemar oleh dosa. Tapi bedanya, setelah lahir baru, hidup kita seharusnya tidak seperti yang dulu lagi. Paulus mengatakan, setelah dia bertobat, dia mengalami sebuah transformasi kehidupan yang sangat radikal:
“... Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, prang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi...Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rui karena Kristus. ... Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya...supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
(Filipi 3:4—11)

Iya, Tuhan mengasihi kita apa adanya, tapi Dia tidak akan membiarkan kita untuk menjadi apa adanya selamanya. Dia akan mengubah kita untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus (dikutip dari Just Like Jesus, oleh Max Lucado). Hidup kita yang telah diselamatkan seharusnya juga berubah seperti yang Dia inginkan, yaitu hidup sebagai anak-anak terang (Efesus 5:1—21).

Logikanya begini: Anda divonis terkena kanker stadium akhir, yang artinya sudah tidak ada harapan lagi. Tapi cling! Tiba-tiba saat Anda datang ke dokter yang sama untuk periksa lagi, dokter itu berkata bahwa kanker Anda hilang total. Merasa tidak percaya, Anda pun akan memeriksakan diri ke beberapa dokter yang berbeda (kalau perlu sekalian yang spesialis juga!). Dan hasilnya tetap sama: Anda dinyatakan pulih total dari kanker.
Pertanyaannya: setelah dinyatakan sembuh, apakah Anda akan menggunakan “kesempatan kedua” yang Tuhan berikan itu untuk hidup seenaknya lagi?

Tentu nggak. Bagi kita, kesembuhan total dari penyakit kanker itu adalah sebuah anugerah besar dari Tuhan, seolah-olah Dia memberikan kesempatan baru untuk memperbaiki hidup kita. Well, begitu juga dengan lahir baru. Hidup kita yang telah diselamatkan dari dosa seharusnya demikian. Keselamatan memang nggak akan hilang saat kita berbuat dosa—kecuali saat kita menghujat Roh Kudus, which means kita merasa bahwa Dia yang salah, kita yang benar; dan nggak minta ampun (Markus 3:29). Tapi apakah kita akan menganggap keselamatan itu sebagai sesuatu yang murah, di mana kita bisa dengan mudahnya berbuat dosa dan minta ampun berulang kali? Kalau kata Pdt. Daniel K. Listyabudi, itu namanya bukan sungguh-sungguh bertobat, tapi hobi bertobat -.-

Contoh mudahnya begini: sadarkah kita bahwa mulut yang kita gunakan bisa menjadi berkat dan menjadi kutuk? Kita sering berkata “Shallom! ... Tuhan Yesus memberkati!”, tapi dengan mulut yang sama kita juga bisa berkata, “A*piiip*r! Ba*piiip*r!” dan sebangsanya (maaf, kali ini aku terpaksa sampai memberikan contoh kata karena jujur rasanya kesel banget tiap kali ada orang yang ngomong gitu dengan disengaja >o<). Kita menggunakan tangan kita untuk menyambut orang lain, tapi dengan tangan yang sama kita menghakimi mereka saat mereka melukai kita (dan masih ada seabrek contoh lain yang bisa kita temukan).

Pertanyaan berikutnya: Apakah dengan berbuat demikian, keselamatan akan hilang?

Nggak. Selama kita tahu itu dosa dan kita segera mengakuinya, Tuhan pun mengampuni kita, kok. Rasanya hidup memang akan bertambah berat setelah kita menerima Kristus (bahkan salah satu anak dari kelompok kecilku waktu itu berkata begitu). Banyak godaan yang akan kita hadapi, tapi di situlah iman kita diuji. Akankah kita tetap setia kepada Sang Juruselamat, atau apakah kita akan lebih memilih berbuat dosa hanya untuk kesenangan diri kita sendiri?

Ada sebuah tulisan yang aku temukan dalam The Puzzle of Teenage Life-nya Ci Grace Suryani, yang somehow sangat mengingatkanku bahwa Tuhan sangat mengasihiku dari dulu, sekarang, dan sampai kapanpun, walaupun aku sering berbuat dosa. Kasih-Nya menyadarkanku bahwa Dia telah membayar kita dengan darah-Nya yang sangat mahal—dan pengurbanan-Nya nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. And let this words make us feel beloved and realize that God loves us no matter what :)

Dulu, tiap malam aku berdoa sambil berpikir
“Apakah aku sudah melayani Dia hari ini?”
Jika ternyata belum,
aku ketakutan dan menambah jam doa,
Nambah baca beberapa pasal Alkitab
supaya aku bisa diampuni
Malam itu
 aku tidur dengan gelisah,
dengan satu pertanyaan, “Lord, do you still love me??”

Sekarang,
tiap malam aku berpikir
“Be, apakah aku sudah mengasihi-Mu hari ini?”
Jika ternyata aku masih belum sungguh-sungguh mengasihi Dia,
aku datang kepada-Nya,
“Tuhan, maaf ya... besok aku mau lebih baik lagi”
Lalu aku tidur dengan nyenyak,

karena aku tahu: He still and always loves me...

Tuesday, August 9, 2016

Ilustrasi Keselamatan dengan Coklat

by Alphaomega P. Rambang


Jadi ceritanya gini, dulu aku mengikuti KAMBIUM (Komunitas Pertubumbuhan Iman Untuk Menjadi Murid Kristus) di Jogja. Dan ada 3 kelas yang bisa diikuti, itu berlanjut dari Kelas Berakar, Kelas Bertumbuh dan Kelas Berbuah. Dalam setiap kelasnya, terdapat 2 sesi, Kelompok Besar dan Kelompok Kecil. Di kelompok besar, kami mengikuti pengajaran dari seorang fasilitatornya,dia menjelaskan dan mengajarkan materi di minggu itu. Kemudian, kami masuk ke kelompok kecil (semacam KTB) dan mulai membicarakan materi itu lebih dalam, dari penerapan, pengalaman pribadi, komitmen untuk ke depan, tukaran pokok doa, dll. O, iya kelompok kecil ini orang-orangnya biasanya sama setiap minggunya.

Dalam sebuah sesi Kelompok Besar di Kelas Berakar yang aku ikuti (materinya tentang Jalan Keselamatan waktu itu), fasilitatornya mengacungkan tinggi-tinggi dua batang coklat Silver Queen,wahhh...kami semua yang melihat langsung bermata coklat (kalau liat duit katanya bermata hijau,berhubung ini coklat jadi bermata coklat deh :p).

Fasilitator bertanya, "Siapa yang mau coklat ini?"

Kami semua tersenyum, ada yang malu-malu, ada yang malu-maluin. Kami mengangkat tangan tinggi-tinggi, bahkan ada yang berdiri!! Iyeee...aku yang berdiri :p

Fasilitator tersenyum penuh arti  melihat tingkah kami. Nah lo, ucapku dalam hati, bentar lagi kita disuruh ngapain nih buat dapat tu coklat. Biasanya kan gitu ya, kalo kita ditawarin apa gitu ujung-ujungnya ternyata syarat dan ketentuan berlaku. Paling bete sama promo ginian di KFC, berasa ditipu, hahahaha.

Lalu fasilitator bilang gini, "Siapa yang mau, silahkan maju dan ambil coklat ini". Kali ini tangannya yang memegang coklat itu diturunkan dan diarahkan ke kami.

Kami semua kebanyakan heran, gak percaya. Mosok sih tinggal ngambil doang? Serius nih? Gak ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Wahhh...jangan-jangan dikerjain nih, ntar di depan disuruh ngapain pulak. Aku gak percaya semudah itu mendapatkan tu coklat. Aku gak maju. Aku gak dapat tu coklat. Terlalu banyak mikir. Terlalu takut. Ada 2 orang kawanku yang maju dan mendapatkan coklat gratis itu. Huaaa....pengennnn... #ngiri.


Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16

Kemudian fasilitator menjelaskan, kalau coklat itu seperti keselamatan yang diberikan Allah melalui Kristus. Saat kita percaya dan menerima Kristus, maka kita menerima keselamatan tersebut. Coklat (keselamatan) tadi ditawarkan kepada semua orang, tapi yang mau bertindak dan maju saja yang akan menerimanya. Butuh langkah iman untuk mempercayai. Dan kita bertindak untuk menunjukkan kepercayaan kita. Mereka yang maju tadi adalah yang percaya dan mau bertindak. Allah mau kita semua menerima keselamatan dan beroleh hidup yang kekal, tapi apakah kita mau percaya dan menerimanya? Itu tergantung kita. Seringkali kita ragu dan mencurigai kebaikanNya. Pikir kita, masa sih kita hanya harus maju dan menerima? Beneran nih gak perlu syarat pake puasa, atau berbuat baik ke sesama, atau melakukan ini itu? Kita susah mempercayai Dia.Dan ini lah yang jadi masalah. Menerima keselamatan membutuhkan kepercayaan kita untuk menerima dan maju.

Satu lagi yang dikatakan fasilitator itu yang aku ingat sampai sekarang. Coklat (keselamatan) itu diinginkan semua orang karena enak dan sepertinya gratis, tapi itu tidak gratis. Kita sering lupa kalau coklat (keselamatan) bisa kita terima karena sudah ada yang membayarnya terlebih dahulu. Lunas. Ini gak gratis. Kristus sudah membayar lunas keselamatan kita di kayu salib. Susah dipercaya memang, ada seorang fasilitator (Kristus) mau memberikan coklat (keselamatan) yang berharga itu dengan menanggung rugi, karena harus membayarkannya supaya kita bisa menerima. Tapi bukankah bagian kita adalah percaya? :-) Keselamatan tidak cuma-cuma, keselamatan itu mahal. Kita tidak mampu membayarnya dengan apapun. Bahkan dengan semua perbuatan baik dan amal kita. Puji Tuhan, ada Kristus yang karena begitu besar kasihNya kepada kita bersedia menanggung rugi dan berkorban sehingga kita menerima keselamatan itu. Bagian kita adalah menerima kasihNya yang begitu besar itu. Maukah kamu menerimanya?

Tuesday, August 2, 2016

Benarkah Dia Pilih Kasih Saat Menyelamatkan?

by Tabita Davinia

Sebuah percakapan antara aku dan dia (a.k.a. calon ph #hehe) terjadi dalam kondangan seorang teman kami pertengahan Juli lalu. Waktu itu kami sedang membahas persiapan kelompok kecil untuk Sabtu berikutnya, di mana kami (dan teman-teman lainnya) akan membicarakan tentang jalan keselamatan kepada anak-anak di komisi remaja di gereja kami.
Dia (D): “Aku masih belum tahu harus bahas apa buat persiapan nanti sore.”
Aku (A): “Tapi seenggaknya kamu udah punya draft-nya, kan?”
D: “Iya, udah sih.” (membuka file yang akan dibahas untuk persiapan itu)
A: (membaca) “Hmmm... menurutku sih, pake ini aja nggak apa-apa. Nanti kamu jabarin gimana harus ngasih penjelasan ke anak-anak.”
D: “Gitu, ya? Oke.”
A: “Eh, bentar. Aku nggak paham sama bagian ini.” (menunjukkan bagian akhir file D)
D: “Kenapa emangnya?”
A: “Katanya Tuhan menyelamatkan semua orang, tapi di sini kok, tulisannya, ‘Hanya orang yang percaya kepada-Nya yang menerima keselamatan’. Berarti Tuhan pilih kasih, dong?”
D: “Lho, Tuhan memang menyelamatkan semua orang. Tapi nggak semuanya menerima keselamatan itu.”
A: “Hah?” (pasang muka nggak paham)
D: “Gini, lho. Bayangin kamu buka pintu rumahmu. Nah, pintunya itu terbuka buat semua orang, kan? Siapa aja bisa masuk. Tergantung orangnya itu mau masuk ato nggak. Kalo nggak mau, ya dia nggak akan ada di dalem rumahmu.”
A: “Oh... jadi keselamatan itu cuma bener-bener bisa diperoleh dari Tuhan kalo kita percaya sama Dia sebagai satu-satunya jalan keselamatan?”
D: “Iya, bener :)”
A: “Oke, aku baru ngeh. Makasih, Ko :)”


Sejak aku lahir baru, itu pertama kalinya aku bener-bener paham kalo nggak semua orang bisa diselamatkan. Selama ini, aku berpikir kalo Tuhan pasti menyelamatkan semua orang tanpa terkecuali. Ternyata itu salah :p
D juga bilang, kalo mindset-ku itu namanya universalisme. Aliran ini meyakini kalo semua orang bisa diselamatkan dari hukuman kekal, baik yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat maupun yang tidak percaya kepada-Nya. Padahal di Alkitab jelas dikatakan bahwa,
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal
(Yohanes 3:16)

Jadi, agar kita bisa selamat dari hukuman kekal, kita harus percaya kepada Yesus Kristus secara pribadi! Kita harus menyadari bahwa semua kegiatan yang kita lakukan, kesalehan kita, maupun status kita itu nggak bisa menyelamatkan kita. Kok, bisa begitu? Karena kita berdosa! Manusia berdosa nggak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Bagi Tuhan, dosa adalah sesuatu yang menjijikkan sehingga Dia memalingkan muka-Nya dari kita.
tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu
(Yesaya 59:2)

Apakah keadaan seperti itu akan terus terjadi sampai hari terakhir nanti? Ternyata nggak! Bersyukurlah, karena Allah tidak membiarkan kita terus terjebak dalam kungkungan dosa. Untuk itulah, Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus, sebagai jalan keselamatan bagi kita dari hukuman kekal. Melalui Yesus Kristus, hubungan kita dengan Allah pun dipulihkan, sehingga kita dilayakkan untuk memanggilnya dengan “Bapa” (Roma 8:15).

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
(Efesus 2:8—9)

Ingat, Kristus mati sekali untuk selamanya, bagi semua orang di segala zaman. Penyaliban-Nya di bukit Golgota telah membuktikan betapa Bapa sangat mengasihi kita, bahkan rela mengurbankan Anak-Nya yang tunggal untuk mati sebagai penebus dosa kita. Tidak ada karya keselamatan yang lebih besar selain yang Yesus lakukan bagi kita.

Seorang pembimbingku pernah berkata, “Keselamatan itu gratis, tapi menjadi orang Kristen harus bayar harga”. Ya, keselamatan dan menjadi orang Kristen sepenuhnya tidak bisa dipisahkan. Dua hal ini sangat berkaitan erat. Jadi asal omong, “Aku percaya Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatku” itu nggak cukup. Butuh tindakan juga. Yakobus pernah berkata,
“Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
(Yakobus 2:17)

Pertanyaannya sekarang, maukah Anda percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda secara pribadi? Jawabannya ada di dalam hidup Anda :)

“Tuhan tidak pilih kasih saat Dia melakukan karya keselamatan-Nya. Pilihan mau percaya kepada-Nya atau tidak, itu ada di tangan kita. Pilihan itu pula yang akan terpancar dari kehidupan kita