Saturday, November 28, 2015

Kenapa Sih Pelajarannya Tambah Susah??

by Grace Suryani


“Kenapa sih pelajarannya makin lama makin susah?? Dulu waktu kelas 1 kok gampang?”
Kalau saya mendengar pertanyaan-pertanyaan gitu, saya cuman geleng-geleng kepala en bilang, “Nak … nak … itu pertanyaan yang perlu ditanya kah?” *HUAAAA … lama-lama saya jadi kayak orang tua! Hehehehe.* Trus biasanya dengan sok bijaksana saya menerangkan kenapa pelajaran kita sekarang makin lama makin susah. Yah jelaslah!! Masak udeh belajar ampe integral, sin cos trus materi berikutnya belajar 1 + 1 = 2?!? Geblek ajee … Dalam hati saya mikir, “Ckckckck … anak zaman sekarang, ngga tau idup susah. Heh! Zaman saya duluuu …”
Tapi ternyata yang geblek itu sebenernya saya. Ketika di hidup saya, masalah tak berhenti, saya ngomel sama Tuhan. “Duh Tuhan tidak bisakah ada 1 bulan aja kagak ada masalah!??! Kenapa sih masalah dateng mulu. Udeh selesai satu masalah, datang lagi masalah laen!!”
Ok guys, coba bandingkan kalimat saya di atas dengan kalimat murid-murid saya. “Duh, Laoshi, tidak bisakah ada 1 bulan aja tanpa Pe-er?!?!?! Kenapa sih kasih Pe-er mulu!? Kan pe-er bab 7 udeh dibikin, kenapa mesti bikin latihan bab 8?!?!”
You see guys … sama aje kan? Saya mah kagak lebih pinter dari murid-murid saya. Kalo saya bilang murid saya suka males, saya benernya sama malesnya sama mereka. Kalo saya bilang murid-murid saya tidak punya semangat juang, lah saya kalo kerjanya juga ngomel mulu sama Tuhan, saya juga kagak punya semangat juang benernya! Ckckck. Like teacher, like students. Hahaha. Omelan saya ke Tuhan itu sama aja dengan omelan murid-murid saya. En kalo menurut saya pertanyaan murid-murid saya itu pertanyaan yang tidak perlu dipertanyakan, demikian juga pertanyaan saya ke Tuhan. :p Pertanyaan ngga mutu. Malahan kalo mo jujur ye, saya itu malah lebih parah dari murid-murid saya. Coz saya tau menasehati mereka (baca ngomelin), tapi ternyata saya sendiri juga begitu. :O
Guys, ketika masalah datang silih berganti ke dalam hidup kita, jia you. Ingatlah 1 hal. Tuhan tuh guru yang lebih baik dari saya (ya IYA LAAHHH … Tuhan gitu loh!). Nah kalo saya, guru yang rada-rada geblek aje kagak pernah merencanakan pengen ngeliat murid saya gagal, kagak pengen supaya murid saya benci pelajaran bahasa Mandarin, kagak pengen murid-murid saya stress stroke trus stop, apalagi Tuhan!
Tuhan tuh tidak pernah merencanakan supaya kita gagal. Rancangan Tuhan itu rancangan damai sejahtera! Btw kalimat di atas tuh diambil dari Yesaya pasal 29 yang diberi judul “Surat Kiriman kepada Orang-orang Buangan di Babel” So guys, perikop itu adalah tentang pernyataan dan janji Tuhan kepada orang Israel di PEMBUANGAN … Judul perikopnya bukan, “Surat Kiriman kepada Orang-orang Israel yang sedang Berlibur di Pantai Laut Merah”. Atau “Surat Kiriman kepada Orang Israel yang sedang Berpesta di Yerusalem.” Dan setelah surat itu dikirim, setelah Tuhan berjanji,apakah orang Israel langsung keluar dari Babel? Apakah mereka tiba-tiba menjadi bangsa yang kuat lalu mengalahkan orang Babel?
Nope. Mereka tetap jadi orang buangan selama puluhan tahun. Lah … mana rancangan damai sejahteranya?
Inilah kesalahan kita yang utama. Mengira bahwa rancangan damai sejahtera berarti jalan kita mulus lus lussss … mengharapkan kita akan menjalani hidup dengan santai-santai dan bahagia tanpa halangan. Rancangan damai sejahtera versi Tuhan tidak sedangkal itu guys. Rancangan damai sejahtera Tuhan tidak pernah berarti menyingkirkan semua penghalang yang ada.
Guys, mari kita berandai-andai, kalau kalian punya anak, akankah kalian memasukkan anak kalian ke sekolah yang ngga pernah ada ujian? Ngga pernah ada pe-er, pokoknya anak-anak tiap hari main mulu. Kagak ada disiplin. Mau?? Saya sih ogah. Jadi apa anak gue ntar?
Tuhan tau dan sangat mengerti, masalah perlu ada demi kebaikkan kita. Semua kita ngga jadi anak-anak gampangan tapi jadi anak Tuhan yang bisa membuat Tuhan tersenyum.
Guys, rancangan damai sejahtera versi Tuhan adalah bahwa apapun yang kita hadapi, damai sejahtera Tuhan selalu ada, Tuhan sendiri bersama dengan kita. Apabila kita kita berseru dan datang kepada-Nya maka Ia mendengarkan kita. Apabila kita mencari Dia, kita akan menemukan Dia (Yes 29:12-13).
So guys, ketika kita sadar dan mengerti Tuhan ingin supaya kita berhasil, berhasil mengatasi masalah hidup kita bersama dengan Dia, berhasil bangkit dari keterpurukan dan bersandar pada-Nya, kita tidak akan gentar melihat masalah. Kita tidak perlu ngomel kenapa ini begini … kenapa hidup saya makin hari makin susah? Masalah saya makin hari makin banyak. Kita bisa melihat Dia di dalam setiap masalah … dan melihat bahwa Ia berjalan bersama dengan kita.
Karena dengan Dia, kita adalah orang-orang yang lebih dari pemenang.

Jakarta, 19 September 2008

Tuhaaannn … nyam nyam … as usual … Tuhan kok dilawan. Aku bersyukur buat pekerjaanku, buat murid-muridku dengan segudang pertanyaannya dan tingkah polahnya. Yang kadang ngeselin, tapi juga ngangenin. Tuhan, makasih untuk kesempatan belajar mengenal-Mu lewat murid-muridku.

Wednesday, November 25, 2015

Persembahan bagi TUHAN

by Mega Rambang


A             : Berapa banyak waktumu beribadah kepada Tuhan dalam sehari?
B             : Bagaimana menghitungnya?
A             : Yaaa…waktu-waktumu dalam satu hari yang benar-benar kamu persembahkan untuk Tuhan berapa lama?
B             : *menghitung* Saat teduh setengah jam, berdoa makan 3 kali anggaplah sekali berdoa 5 menit jadinya 15 menit, doa malam 15 menit, pelayanan dua jam, eh…tapi itu gak tiap hari, gimana dong? Terkadang saya juga PA.
A             : Ya udah, hitung aja tiap hari rata-ratanya deh.
B             : Kira-kira sehari 3-4 jam lah…
A             : Kok cuma segitu?  20 jam lebihnya untuk siapa?
B             : *bingung* Lah, kalo perpuluhan, sehari 24 jam berarti 2,4 jam saja kan yang perlu diberikan untuk Tuhan. Saya sudah memberikan lebih kan?

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.Roma 12:1


Saat kita diminta menghitung waktu ibadah kita untuk Tuhan, kebanyakan dari kita hanya menghitung aktivitas-aktivitas yang kita anggap rohani seperti berdoa, membaca Alkitab, saat teduh, pelayanan, dll padahal ibadah kita yang sejati adalah:
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah
Selama 24 jam pun kita diminta untuk beribadah kepada Tuhan alias melakukan segala sesuatu dan mempersembahkannya untuk Tuhan. Jika kita belajar di sekolah, hendaklah kita melakukannya untuk Tuhan, studi kita adalah untuk menyenangkan Dia. Demikian pula saat kita bekerja, kita bekerja dan melakukan hanya kebenaran, tidak melakukan dosa, melakukan hanya yang kudus dengan tubuh kita. Saat kita di rumah sebagai ibu rumah tangga, kita melakukan segala pekerjaan rumah tangga dengan sukacita, mendidik anak dalam kebenaran, sehingga segala yang kita lakukan bisa jadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan padaNya. Kita melakukan segala sesuatunya untuk TUHAN jika alasan kita melakukannya adalah Tuhan dan kita melakukannya untuk Tuhan.

Pelayanan yang kita anggap ibadah untuk Tuhan, bisa jadi bukan persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah jika kita melakukannya dengan motivasi yang salah (misal: ingin dianggap rohani oleh orang lain), demikian pula pemberian kita kepada orang yang kesusahan bisajadi bukanlah ibadah kita bila motivasinya supaya dianggap baik oleh orang lain. Motivasi dan tujuan kita melakukan sesuatulah yang akan membedakan apakah yang kita lakukan merupakan ibadah atau bukan kepada Tuhan. Tuhan menyelidiki hati kita, Dia tahu bagaimana sikap hati kita yang sebenarnya, Dia Allah yang mengenal kita.

SEGALA SESUATU bisa menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah jika kita melakukannya untuk memuliakan Tuhan, even cuma makan dan minum, ada ayatnya kok:


Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1 Korintus 10:31

Bayangkan, sesuatu yang rutin dan jadi kebutuhan hidup kita sehari-hari ternyata dapat memuliakan Tuhan. Pernah bayangkan itu? Bagaimana bisa makan dan minum kita dapat memuliakan Tuhan? Gimana caranya, bukankah kita makan supaya kenyang, kita minum supaya tidak haus kan? Kok jadi ibadah segala sih?
Bisa loooo…apabila:
-Kita bersyukur atas apa yang kita makan dan minum. Gak semua orang lo mengambil waktu sesaat sebelum makan minum dan berkata,”Terima kasih Tuhan untuk makanan minuman pemberianmu ini. Engkau sungguh baik.” Ada looo…orang-orang yang asal makan minum tanpa ingat siapa yang memberi makanan tersebut. Padahal kalau dipikir-pikir, ini TUHAN pencipta semesta alam lo yang memberi kita makanan, tidak adakah rasa hormat dan syukur atas kebaikanNya?
-Saat kita makan dan minum teringat mereka yang tidak seberuntung kita, apakah kita pernah melakukan sesuatu bagi mereka yang tidak beruntung tersebut? Membagikan apa yang kita miliki. Oke, kita juga mendoakan mereka, tapi terkadang Tuhan memanggil kita menjadi jawaban doa kita juga lho. Dia ingin kita berbagi dengan orang lain. Sudahkah kita memuliakan Tuhan dengan cara demikian.
-Saat kita membuang-buang makanan karena lapar mata (mengambil melebihi kemampuan kita menghabiskan), kita tidak sedang memuliakan Tuhan lo ternyata, kita membuang berkat yang diberikanNya dan menyia-nyiakannya.

Jika melalui makan dan minum saja pun kita dapat memuliakan Tuhan, tentunya hal lain juga bisa kita lakukan dan menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah bukan?

Kasongan, 30 Juli 2015
-Mega Menulis-

Tuesday, November 17, 2015

Demi Cinta

by Grace Suryani Halim

Pagi hari itu saya agak kaget, ketika pagi-pagi sebelum papa saya berangkat papa saya bilang, "Kamu mulai doainlah untuk rencana kamu ambil S2." Heh? S2? Beberapa kali pembicaraan tentang study lanjut emank pernah muncul tapi saya berpikir masih belum pengen. Masih suka kerja cari duit. Hehehe. Mana papa saya menyebutkannya 2 nama universitas di Negara yang saya tidak suka. Oh TUHAN! Duh … gue ngga mau jadi kalong, kuli dan complicated! Saya punya cukup banyak teman di situ en saya tidak suka situasi dan lingkungannya. But karena papa saya bilang kamu doain. Saya pikir ya sudah. Cuman suruh doain kan?! Hehehe.

Siangnya saya pergi ke mall ketemu sama temen-temen saya en bertemu dengan teman lama yang baru pulang dari Negara itu. En dia cerita gimana dia culture shock abis dengan orang-orang di sana yang beda banget sama orang-orang indo. Saya denger ceritanya bengong … HEH?!?!! Teman saya ini tidak lagi kesulitan masalah bahasa, dah cas cis cus. Udeh gitu kepribadiannya dia masih termasuk yang ngga terlalu grapyak atau rame en suka haha hihi kayak saya. Seorang sahabat saya yang juga hadir en tau persis saya kayak apa, cuman menaikkan alis dan berkata, "Grace, die aja shock. Kamu kayak apa yah?" Gue cuman nyengir pasrah. Hehehe.

Saya mencoba cara yang banyak diusulkan para professional dalam membuat keputusan, menulis pro dan kontra. Kalo saya pergi pro-nya blablablabla. Kontra-nya blablababla. Kesimpulan akhir, tetap lebih baik saya apply. Tapi yang namanya hati ini masih bergejolak. Pikir saya, "HUAAAA … hancur sudah impian gue!" Saya mencoba menenangkan hati saya dengan berpikir, "Yah kalo Tuhan emank mo loe ke sono, Tuhan pasti buka jalan lah. Tuhan pasti sanggup membuat loe jadi pengen ke sono." Disambung dengan doa dalam hati, "But Tuhan, please jangan ubah hatiku!! Btw, Tuhan masuk sana kan susah, so kemungkinannya kecil, jadiiii belum tentu juga diterima. Hehehehe. "

Yah begitulah, saya mencoba menenangkan hati saya yang bergejolak dengan alasan-alasan logis nan rasional. Tapi tetep aja kagak mempan, coz ada seribu scenario negative yang tiba-tiba pop up! Sampe di satu titik. Roh Kudus menaruh jawabannya di hati saya. "Kalau kamu cari alasan untuk pergi, pergilah karena alasan ini, demi cinta." Lalu saya ingat lagu kesukaan saya yang sering saya nyanyikan ketika saya lagi stress ataupun takut, Cinta Lebih Kuat Dari Maut.

"waktu jua membuktikan cinta kuat seperti maut … ku hidup hanya untuk satu nama. Apapun kan kulakukan, ke manapun ku mau ikut, segalanya hanyalah demi cinta."

Dulu ketika semester terakhir saya di China, ketika saya ngga tau mau kemana, lagu itu yang jadi penghiburan buat saya.

Aku hidup hanya untuk 1 nama, nama Tuhan Yesus. Apapun kan kulakukan, kemanapun ku mau ikut. Tuhan pergi ke mana aku ikut!

Hati saya tiba-tiba jadi tenang dan penuh damai sejahtera. Semua ketakutan saya lenyap. Saya inget, hari-hari saya di China yang sekalipun berat tapi penuh cinta-Nya Tuhan. Saya ingat gmana Tuhan menjagai saya luar biasa. sekalipun bolak balik UGD, tapi ditemenin. Dihina orang tapi dibela Tuhan. sendirian tapi tidak ditinggalkan.

Bagi banyak orang, melakukan sesuatu ‘demi cinta’ itu hal bodoh. Tapi buat saya kalo demi cinta Tuhan, saya pergi kemana Tuhan suruh, itu tidak bodoh. Kalo melakukan sesuatu buat Tuhan, bukan demi cinta, itu malah bodoh! Karena cuman orang yang benar-benar mencintai Tuhan yang bisa melakukan semua perintah Tuhan. kita bisa taat hanya karena cinta. Tidak mungkin kita benar-benar bisa taat, bisa melakukan perintah hidup, hidup dalam kehendak-Nya kalo kita tidak mencintai Tuhan. omong kosong.

Ketaatan total timbul karena rasa percaya dan cinta.

Saya bersyukur bisa mengalami ayat yang selama ini jadi misteri buat saya. 1 yoh 4:18. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan. Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut ia tidak sempurna dalam kasih."

Ayat ini sudah bertahun-tahun menjadi misteri buat saya. Saya sering takut en karena itu saya sering baca ayat ini, tapi saya tetap tidak mengerti. Apa maksudnya?!??!

Thx God, Tuhan membuat saya bisa mengalami ayat ini. Ketika saya mengambil keputusan untuk mulai mendoakan kemungkinan untuk S2, rasa takut menyerang. Saya takut ditinggalin, takut ngalamin hal-hal yang ngga enak, takut menderita, takut ngga kuat. Takut sakit-sakitan. Takut nyusahin orang. Takut kesepian.

Tapi karena saya tau kalau saya pergi, maka saya akan pergi karena dan demi cinta, rasa takut saya lenyap. Saya tau kalo Tuhan emank suruh saya pergi, Tuhan akan memelihara saya. jaminan bahwa Tuhan tidak pernah salah dan Tuhan mengasihi saya, membuat rasa takut saya lenyap.

Adakah hal yang membuatmu merasa takut dan kuatir? Jangan fokuskan pada masalah kita. Fokuskan pada kasih-Nya Tuhan. Tuhan mengasihi kita dengan tidak main-main.

Tuhan, Kau yang palingggg kenal aku. :p Allah yang paling tau cara membujukku. Kau tau aku tidak mempan disuruh ambil S2 dengan iming-iming gaji gede. :p Rasanya nyaman dan senang! Senang tau ada Kau yang mengenalku luar dalam dan tetap mengasihiku.

Kasih-Mu membuat aku tidak mau jadi apa adanya. Kasih-Mu memang kasih tanpa syarat, tapi aku tidak mau seterusnya jadi seperti ini. aku mau jadi anak yang lebih baik buat-Mu. Aku mau jadi seperti yang Kau mau … walau ke ujung dunia, walau ke tujuh samudera, aku hanya untuk-Mu.


Jakarta, 10 Agustus 2008.

Saturday, November 14, 2015

Saat Aku Kecewa pada Manusia

by Mega Rambang


sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Yohanes 13:15

K.E.C.E.W.A
Saya kecewa.
Saya menyadari (lagi).
Nobody’s perfect.

Iyeee… Makanya jangan terlalu mengidolakan seseorang, yang ada ntar kecewa. Gimana gak kecewa, yang pintar ngomong ternyata kelakuannya minus. Yang kelihatannya baek ternyata brengsek. Yang terlihat setia, ternyata pengkhianat. Yang bermulut manis ternyata menusuk dari belakang. 

Jadi ceritanya, baru-baru ini saya salut dengan teladan seseorang yang saya anggap beda bangetlah dengan orang lain. Dia berani berkata tidak pada hal yang salah. Dia cuek aja dikatain orang lain karena mengambil keputusan yang beda. Dia tak berusaha merampas yang bukan haknya. Dia memilih memberi dibanding mengambil. Looks so perfect, huh?
Iya.
Sampai aku mendapati dia berdusta tentang sesuatu.

Fiuhhhh…. Rupanya dia masih manusia.
Dia tidak sempurna.
Demikian juga saya.
Sangat bersyukur, Tuhan memberikan teladanNya yang sempurna itu, bukan hanya perkataanNya.
Dia memberikan saya contoh nyata.
Dia tidak hanya berkata begini-begono tanpa melakukan.
Dia memberikan teladanNya dengan sempurna sehingga tidak ada alasan bagi saya untuk ragu mengikutiNya.  
Memang manusia gak ada yang sempurna, tapi Tuhan Yesus sempurna.
Saya dapat menjadi sempurna dari teladanNya yang sempurna.
Saya mau dijadikan sempurna seperti Dia.
Saya mau belajar.

dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, Titus 2:7

Kasongan, 5 Februari 2015

-Mega Menulis-

Thursday, November 12, 2015

Mataku Mahkotaku

by Grace Suryani Halim

Guys, lagi-lagi pergumulan tentang mata saya. :p Setelah di “Love Regardless” saya menulis tentang kondisi mata saya yang tidak memungkinkan untuk di-LASIK, bahkan saya jadi sadar betapa ‘buruknya’ kondisi mata saya, pergumulan itu tidak berhenti di situ. Ada 1 alternatif pengobatan lain selain LASIK, yaitu Implant Lens alias menanam lensa di dalam mata. Setelah bergumul, akhirnya saya pergi ke salah satu dokter mata paling terkenal dan paling top di Jakarta. Hasil pemeriksaan?

“Pake lasik teknologi baru aja blablablabla. Lebih save blablabla”, yang membuat saya bukannya malah pengen tapi malah jadi serem!! Habis begitu saya tanya soal efek samping yang mungkin muncul, jawabannya adalah, “Tidak ada efek samping. Ini mesin paling baru.”

Gubraks! Jujur guys, saya justru tidak percaya dengan dokter yang mengatakan suatu tindakan operasi TIDAK PUNYA efek samping. Secara medis, setiap tindakan operasi, pasti punya resiko. Tinggal resikonya besar atau kecil. Saya rasa sebagai pasien, calon obyek tindakan operasi semestinya saya tau efek samping apa yang mungkin muncul. Sehingga saya bisa mempersiapkan diri saya untuk semua kemungkinan. Termasuk yang terburuk.

Di perjalanan pulang, saya terdiam di Taxi. Saya bertanya kepada Tuhan, apa yang harus saya lakukan? Tindakan apa yang harus saya ambil?

Sekilas saya mengenang semua pergumulan saya tentang mata saya selama ini. Pakai kacamata kelas 1 SD, minus naek 2 kali lipat ketika saya SD kelas 6. En seterusnya memakai kacamata setebal tutup botol. Bergumul untuk pake soft lens. Menyangkal bahwa saya punya kelemahan. Kacamata setebal tutup botol membuat saya jadi susah dapet pacar. Hehehe. Banyak co mengkeret  en mundur teratur ketika ketemu saya for the 1st time. :p Saya ingat doa-doa yang pernah saya naikkan. Permohonan supaya Tuhan menyembuhkan mata saya. Tapi sepertinya tidak ada jawaban.

Pergumulan itu tidak berhenti, mata saya membawa saya masuk ke dalam banyak pergumulan. Pergumulan untuk menerima diri sendiri, pergumulan mengalami penolakan dari lingkungan (saya ingat saya berdoa setengah mati ketika harus berangkat mengajar tanpa softlens!!) pergumulan mengenai pasangan hidup. Sering tanpa sadar saya berpikir, Tuhan sekiranya mata saya normal, tentu saya tidak perlu mengalami begitu banyak pergumulan seperti ini …

But hari ini, ketika saya terdiam mengingat semuanya, muncul 1 kalimat yang menjadi judul tulisan ini. “Mataku Mahkotaku.”  Kondisi mata saya memang membuat saya jadi harus bergumul, tapi sebenernya semua pergumulan itu membuat saya makin mengenal Tuhan. Semua air mata yang saya keluarkan tidak hanya mencuci bersih mata saya, tapi juga mencuci bersih hati saya. 

Bisa dibilang, mata sayalah mahkota saya. Justru karena kondisi mata saya yang seperti ini, saya mengalami kasih karunia yang tidak dialami oleh orang-orang dengan perfect vision. Pergumulan saya membawa saya masuk ke dalam kasih karunia Tuhan. Cukup sering, ketika di pagi hari saya, membuka mata en saya berkata, “Thx God, saya masih bisa melihat …”

Saya bergumul sampe saya tiba di 1 titik, yang terpenting di dalam hidup ini sama sekali bukan penampilan. Saya tidak diciptakan untuk cantik, bahagia, sukses, dikagumi banyak orang, punya sederetan co-co yang antri. Saya ditebus bukan untuk jadi primadona. Saya hidup untuk menjadi serupa dengan Kristus. En kalau mata saya adalah alat yang menurut Tuhan efektif untuk membongkar semua keinginan-keinginan duniawi untuk menjadi menarik dan dikagumi, let it be. Kalau mata saya dengan minus setinggi ini menurut Tuhan membawa saya mengenal siapa diri saya dan betapa berharganya saya sekalipun dengan mata seperti ini, let it be. Kalau mata buram tanpa kacamata menurut Tuhan justru membuat saya bisa melihat Dia dengan lebih jelas, let it be.

Guys, kalo kalian bergumul dengan cacat secara fisik, apapun itu, ingat baik-baik. Tubuh duniawi kita hanya sementara. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi untuk membentuk karakter-karakter ilahi yang tetap untuk selama-lamanya. Cacat kita mungkin mengakibatkan kita tidak dipandang secara dunia, tapi karakter yang Tuhan tanam lewat pergumulan karena cacat itu, mampu membuat malaikat menahan nafas.

Jangan sesali kekuranganmu. Rangkul itu, jadikan itu kebanggaanmu. Mengucap syukurlah untuk kondisimu. Tuhan memberikan kita cacat, bukan karena Dia jahat. Justru karena kita special, kita istimewa, Dia memberikan cacat itu. Coz Dia ingin kita mengalami Dia dengan cara yang luar biasa unik, yang tidak mungkin bisa dialami oleh orang-orang yang tidak punya cacat itu.

Btw sekarang sih saya sangat bersyukur dulu co-co itu mundur teratur. Hehehe. Saya bersyukur kacamata saya menjadi satpam yang sangat baik en mengusir banyak co-co tidak tepat yang sekiranya saya tanggapin justru membuang-buang waktu saya. :p Iya toh guys, saya menghemat banyak waktu dan tenaga coz mereka langsung mundur di pertemuan pertama.  Bayangkan kalo saya baru tau he’s not the one di pertemuan ke 25, cape deehh … :p  

Guys, coba list daftar-daftar karakter yang Tuhan kembangkan di dalam diri kita lewat cacat yang kita punya. Kita bisa terkejut menyadari begitu banyak en luar biasanya yang sebenernya Tuhan mau berikan kepada kita!

Dear God … waaaaahhh kyakyakyaaaa love You SOOOOO MUUUCCCHHH … gile deh Tuhan, ketika aku menghitung semua yang aku dapatkan karena mataku, karakter-karakter yang berkembang, aku bener-bener terkesima. Ketika aku melihat justru mataku alat yang Kau pake dengan begitu efektif untuk membersihkan hatiku, maupun menyingkirkanku dari hal-hal yang tidak baik, aku terkagum-kagum. Kau itu luar biasa.

Masih ada pergumulan-pergumulan menanti di depan sana Tuhan … tapi aku percaya Kau ada di  sana. Thx sudah memberikanku banyak mukjizat. Aku tau menyembuhkan mataku itu pekerjaan gampang buat-Mu. Tapi aku lebih pengen karakterku terbentuk daripada mataku sembuh. Jangan sembuhkan mataku sampai aku belajar semua yang Kau ingin aku pelajari lewat proses ini. Thx God. Love You soooo much.


Jkt, 25 Agustus 2008

Friday, November 6, 2015

Peran Suami dan Calon Ayah

by Marcella Flaorenzia

Post kali ini aku tulis buat para suami, khususnya para suami yang istrinya lagi hamil or berencana untuk hamil, hehe.. Peran kalian itu sangat penting, bukan cuma nanti pas bayinya udah lahir, tapi juga di masa-masa kehamilan :)

Selama 4 bulan terakhir ini, aku ngerasain banget pentingnya peranan DM sebagai suami dan juga calon ayah. Terutama buat aku yang jauh dari keluarga and orang tua, plus tinggal di negara yang gak ada pembantu juga, hehe.. DM harus bener-bener jalanin peranan ganda :p Gak kebayang deh kalo gak ada DM and aku harus bener-bener jalanin semua ini sendirian.. (But buat para single moms, pasti ada kekuatan and anugerah khusus dari Tuhan yang akan memampukan kalian :))

Pas masuk kehamilan minggu ke-7, aku udah mulai suka mabok and gak bisa masak (sampe sekarang). Alhasil, tiap pulang kerja, DM harus mulai masuk dapur or harus beli makanan di luar. Itupun kadang-kadang belom tentu bisa aku makan, jadi dia harus pergi lagi cari makanan yang laen.

Masuk minggu ke-9, aku bukan cuma gak bisa masak, tapi aku harus bed-rest karena lemes. Kerjaan rumah, piring kotor, laundry, semua jadi terbengkalai, haha.. Mau ga mau, DM yang turun tangan juga :p Untungnya kita belom punya anak, itu beda cerita lagi nanti, mungkin pas hamil yang berikutnya, wkwkwk.. Ya berdoa aja supaya hamil berikutnya gak separah ini sicknessnya.. (Amin!)

Aku juga dulu biasanya selalu pijet (massage) si DM hampir setiap hari, dia paling seneng dipijet soalnya. But sejak hamil, udah gak bisa lagi, tenaganya juga gak ada, haha.. Malah sebaliknya, sekarang jadi dia yang sering mijetin aku :p
Trus ada juga acara-acara or kegiatan-kegiatan yang kadang DM harus cancel, karena dia harus stay di rumah. Or harus ambil off kerja kalo kondisi aku lagi parah banget. Kayak misalnya kemaren ini waktu aku sempet di-infus di hospital (nanti ya kapan-kapan aku post cerita lengkapnya, hehe..) He is not only my husband, but he is my best friend :)

Selain itu, suami juga harus hadepin mood istri yang suka gak jelas pada saat hamil, terutama di trimester pertama. Kalo tidur juga mungkin gak mau deket-deket, karena gak tahan sama bau suami, haha.. Tengah malem kadang istri gak bisa tidur, cari posisi yang enak, bolak-balik ke toilet, atau tiba-tiba laper jam 2 pagi.. Aku inget banget si DM pernah kanget kebangun gara-gara denger aku berisik makan biskuit jam 3 pagi, maklum dia tipe orang yang kalo tidur harus tenang soalnya, gak boleh ada suara apa-apa, haha.. And sometimes dalam kondisi kayak gini, suami juga harus "berkorban" and menahan diri untuk tidak berhubungan sex, karena mungkin si istri lagi bergumul berat sama morning sicknessnya and suami harus menunggu sampe si istri bener-bener oke kondisinya. Luar biasa deh pengorbanan and peranan kalian as a husband :)

But coba liat masa-masa ini sebagai kesempatan untuk kalian show your action of love to your wife, because she really needs you and your support. Jangan biarin istri kalian berjuang sendirian. Kalo kata DM, "Berani berbuat, harus berani bertanggung-jawab.." Haha.. And selama masa kehamilan ini, aku juga bisa ngerasain hubungan suami-istri yang semakin kuat, karena kita harus lewatin semua proses ini sama-sama.. Aku juga bisa liat lebih banyak lagi sisi-sisi positif dari DM, sebagai pria yang bisa diandalkan and dipercaya untuk kelak jadi seorang ayah :)

So, I just wanna say a big THANK YOU to my wonderful husband.. You are awesome, and I love you so much!! xoxo

Monday, November 2, 2015

Rumah Orang Tua

by Glory Ekasari 


Buat yang pernah merantau ke luar kota/luar pulau/luar negeri, kemudian mengalami usaha yang kurang berhasil, kerjaan mentok di situ-situ aja, hidup pas-pasan, dst, apa yang muncul dalam pikiranmu? Yah, mau gimana lagi. Daripada di perantauan hidup susah, serba ga berhasil, lebih baik saya…
Pulang ke rumah orang tua.
Apakah memalukan pulang ke rumah orang tua? Ah, mungkin situ ga sadar betapa bahagianya di sana. Memangnya ada apa sih, di rumah orang tua? Di sana, saudara dan saudariku, kamu ga perlu bayar uang kos/kontrak. Di sana, pagi-pagi sudah tersedia sarapan, dan ga perlu bayar pula. Di sana, kamu ga pusing biaya listrik, air, dll. Di rumah orang tua, kamu punya kamar sendiri sekaligus menguasai seluruh ruangan yang ada. Di rumah kita selalu jadi anak yang dirawat orang tua. Dan yang paling penting, ada orang tua yang menyambut kamu dengan tangan terbuka. “Pulang aja lah,” kata mereka, “daripada kamu begitu-begitu aja di Jakarta.” (Ya kecuali kalau rumahnya sudah di Jakarta…)

Beberapa hari yang lalu waktu saya melayat salah satu jemaat gereja yang meninggal dunia dan mengikuti ibadah penghiburan di rumah duka, jemaat menyanyikan lagu Ke Rumah Bapa Yang Mulia (demikian judulnya di buku). Kata-katanya reffrainnya seperti ini:

Mulia
Pulang ke rumah Bapa
Mulia
Tuhan ada sertaku
Mulia, mulia
Ke rumah yang mulia

Saya memikirkan kata-kata itu dengan sungguh-sungguh. Pulang. Kematian adalah meninggalkan dunia, untuk pulang. Ke mana? Ke rumah orang tua, yaitu Bapa kita di surga.

Ada apa di rumah Bapa? Saya beritahu apa yang tidak ada: penyakit, kesedihan, ketakutan, kekuatiran, masalah, pencobaan, penderitaan. Baris pertama dalam lagu itu berkata, “Ke rumah Bapa yang mulia! Di sana tidak ada perang.” Tentunya seseorang yang sedang ada di tengah kecamuk perang yang menulis kalimat pengharapan itu. Di sana, yang ada hanya segala sesuatu yang baik, yang manis, yang menyenangkan, yang membahagiakan. Dan ketika kita pulang, Bapa berdiri di depan pintu gerbang, menyambut kita dengan tangan terbuka. Saya bahkan kadang membayangkan Dia menjemput saya di stasiun (saking seringnya naik kereta api) dan mengantarkan saya sampai ke rumah.

Saya ini anak rumahan. Saya tau bahwa travelling keliling dunia, backpacking keliling Indonesia, (plus selfie di sana) itu trendy. Tapi saya tidak suka. Saya selalu menunggu hari terakhir dari acara di luar kota (apalagi luar negeri) karena hari itu saya akan pulang! Ke negara dan kota saya, dan ke rumah saya yang gue banget! Waktu saya jauh dari rumah, saya homesick. Dan ketika homesick itu, saya memikirkan, kalau rumah di dunia yang tidak sempurna ini saja sangat saya rindukan, semestinya rumah saya di surga jauh lebih ‘ngangenin’.

Aneh kalau orang Kristen tidak ingin pulang ke rumah Bapa. Ke manapun kita pergi, rumah adalah tempat yang selalu kita rindukan. Sayangnya, banyak orang yang merasa Kristen tapi hatinya dirumahkan di dunia. Mereka takut dengan kematian, takut dengan penderitaan, takut meninggalkan kenyamanan yang sudah dinikmati di sini. Padahal ketika kita mati, kita bukan pergi ke mana-mana: kita pulang, ke rumah Bapa yang sudah menantikan kita. Paulus berkata bahwa ini bukan hanya kerinduan kita, tapi kerinduan seluruh mahkluk. Semua mau pulang ke surga!
“Sayangnya, banyak orang yang merasa Kristen tapi hatinya dirumahkan di dunia.”
Kerinduan itu begitu mendalam. Saya membayangkan saudara-saudara seiman yang bertarung dengan penyakit parah, atau mengalami penderitaan yang berat di dunia, atau yang berada dalam bahaya perang dan harus mengungsi. Betapa mereka ingin pulang ke rumah Bapa! Di sana tidak ada kesusahan. Di sana semua masalah hilang dan penyakit tidak ada lagi. Di sana kita hidup enak dan dijamin oleh Tuhan, sebagaimana anak yang dikasihi yang tinggal di rumah orang tuanya. Dan Tuhan Yesus berjanji:

“Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” —Yohanes 14:2-4

Karena itu bagi orang percaya, hari yang paling indah adalah hari ketika kita dipanggil Tuhan pulang ke rumah-Nya. Banyak hymne yang berbicara tentang pengharapan kekal ini. Salah satu yang terang-terangan menyatakan sukacita menyambut kematian adalah I’ll Fly Away:

Just a few more weary days, and then
I’ll fly away
To a place where joy will never end
I’ll fly away
I’ll fly away—oh glory!
I’ll fly away
When I die, Hallelujah by and by
I’ll fly away!